LAPORAN ZOOLOGI INVERTEBRATA – FILUM ASCHELMINTHES SPESIES CACING LOA LOA

Phylum : Aschelminthes

Judul                     : Pengamatan Phylum Aschelminthes dengan spesies Loa loa

Tempat                 : Laboratorium Biologi FKIP Unpas Bandung

Hari/ Tanggal    : Selasa/ 17 Desember 2013

Waktu                    : 14.30-16.30 WIB

Tujuan praktikum

Mahasiswa dapat:

  1. Mendeskripsikan karakteristik filum Aschelminthes
  2. Menjelaskan ciri-ciri dari subfilum Trochelminthes dan subfilum Nemathelminthes
  3. Mendeskripsikan ciri-ciri kelas dan ordo yang termasuk kedalam subfilum Trochelminthes dan subfilum Nemathelminthes
  4. Menjelaskan spesies yang representatif dari setiap kelas (meliputi morfologi, anatomi, fisiologi, ekologi, manfaat dan kerugian yang ditimbulkan)
  5. Menjelaskan peri kehidupan dari hewan Aschelminthes (Loa loa)

Dasar Teori

Aschelminthes dibagi menjadi dua subfilum yaitu Trochelminthes dan subfilum Nemathelminthes. Pada Phylum Ashelminthes, bentuk umum agak panjang dan silindris terutama kelompok Nematoda. Tidak mempunyai bentuk kepala yang nyata.

Ciri khas Aschelminthes:

  • Tubuh dilindungi lapisan cuticula scleroprotein, pada beberapa hewan berupa cangkang
  • Saluran pencernaan lengkap
  • Susunan pernafasan dan peredaran darah tidak ada, karena merupakan hewan air yang sangat kecil
  • Protonefhridia kadang-kadang ada

Nemathelminthes (dalam bahasa yunani, nema = benang, helminthes = cacing) disebut sebagai cacing gilig/ benang  karena tubuhnya berbentuk bulat panjang atau seperti benang. Berbeda dengan Platyhelminthes yang belum memiliki rongga tubuh. Nemathelminthes sudah memiliki rongga tubuh meskipun bukan rongga tubuh sejati. Oleh karena memiliki rongga tubuh semu. Nemathelminthes disebut sebagai hewan Pseudoselomata.

Ciri-ciri Nemathelminthes:

  • Berbentuk bulat panjang seperti benang
  • Hewan pseudoselomata (memiliki rongga tubuh semu)
  • Tubuh cacing betina lebih panjang dan besar dibandingkan tubuh cacing jantan
  • Memiliki kutikula (untuk melindungi cacing dari enzim pencernaan inangnya)
  • Memiliki sistem pencernaan lengkap (mulut, faring, usus, anus)
  • Tidak memiliki pembuluh darah
  • Makanan diedarkan ke seluruh tubuh melalui cairan yang terdapat pada pseudoselom
  • Bernafas secara difusi melalui permukaan tubuh
  • Bersifat parasit dan tidak parasit
  • Gonokoris (organ kelamin jantan dan betina terpisah pada individu berbeda)
  • Reproduksi secara seksual

Nemathelminthes dibagi menjadi dua kelas, yaitu Nematoda dan Nematophora.

1. Kelas Nematoda

Ciri-ciri : tubuh simetris bilateral dan gilig, alat pencernaan sempurna, hidup bebas atau parasit, sifat jenisnya terpisah, (jantan, betina) belum mempunyai peredaran darah dan pernapasan. Contoh: Ascaris lumbricoides dan Wuchereria bancrofti.

Ascaris lumbricoides                                       Wuchereria bancrofti

Ordo : Strongylorida, rhabditorida, ascaridorida, spirurorida, camallanorida,

dorylaimorida, dioctophymatorida

2. Kelas Nematophora

Ciri-ciri:  Bentuk silindris panjang dan langsing. System syaraf terdiri dari ganglion cerebrale dan berkas syaraf medio-ventral. Larva bersifat parasite sedangkan bentuk dewasa hidup bebas. Contoh: Gordius sp.

Ordo gordiodea :

Ciri-ciri

  • Hidup di air tawar
  • Parasite pada arthropoda
  • Kutikula tanpa bulu-bulu kaku
  • Pseudosela mereduksi
  • Contoh gordius sp

Ordo nectonematoidea:

Ciri-ciri

  • Hidup dilaut
  • Parasite pada crustacean
  • Kutikula dengan dua deretan bulu-bulu kaku
  • Serabut otot terdapat di ventral dan dorsal
  • Pseudocela ada

Sub-filum Trochelminthes memiliki ukuran tubuh yang miksroskopis, reproduksi secara partegonesis, dan habitatnya di air tawar, dan air laut. Tubuh tidak beruas-ruas, triploblastis, bilateral simetris, tidak bersilia dan dioceues. Subfilum ini dibagi menjadi 3 kelas, yaitu: Gastroticha, Kinorincha, dan Rotifera.

Loa loa (Cacing mata)

Klasifikasi Loa loa

Kingdom         : Animalia

Filum               : Nematoda

Kelas               : Secernentea

Ordo                : Spirurida

Famili              : Filariidae

Genus              : Loa

Spesies            : Loa loa

 

Sejarah

  • Kasus pertama infeksi Loa loa tercatat di Karibia (Santo Domingo) pada tahun 1770. Seorang ahli bedah Prancis bernama Mongin mencoba tetapi gagal untuk menghapus cacing yang lewat di mata seorang wanita. Beberapa tahun kemudian, pada 1778, ahli bedah Guyot Francois dapat melakukan pembedahan pada cacing di mata seorang budak dari Afrika Barat pada kapal Prancis ke Amerika.
  • Identifikasi microfilaria dibuat pada tahun 1890 oleh Stephen dokter mata McKenzie. Sebuah presentasi klinis umum loiasis, yang diamati pada tahun 1895 di pesisir kota Nigeria maka terciptalah nama Calabar swelling.
  • Pengamatan ini dibuat oleh seorang dokter mata Skotlandia bernama Douglas Argyll-Robertson, tetapi hubungan antara Loa loa dan Calabar swelling tidak disadari sampai tahun 1910 (oleh Dr Patrick Manson). Penentuan vektor lalat Chrysops diketahui pada tahun 1912 oleh British parasitologist Robert Thompson Leiper.
  • Nama Penyakit : Loa loa filariasis, loaiasis, Calabar swelling(Fugitiveswelling), Tropical swelling dan Afrika eyeworm
  • Hospes: Lalat Crysops silaceae dan C dimidiata sementara di Afrika disebut deerflies atau mangroveflies. Chrysops sp merupakan lalat yang berukuran kecil, panjangnya 5-20 mm, dengan ukuran kepala besar dan betuk mulut yang condong ke bawah. Sayapnya polos atau berbintik cokelat. Mereka merupakan penghisap darah dan biasanya hidup di daerah hutan tropis dan habitat berlumpur seperti, rawa-rawa, sungai, dan waduk. Gigitan lalat Chrysops sangat menyakitkan, dan dapat mengakibatkan bekas gigitan yang lebih parah dari gigitan lalat biasa.
  • Daya hidup: 4-17 tahun
  • Distribusi: terbatas pada hutan dan tepi hutan di daerah katulistiwa afrika yang sering hujan

Morfologi

1.      Cacing dewasa hidup dalam jaringan sub kutan,

2.      betina berukuran 50-70 mm x 0,5 mm

3.      jantan 30-34 mm x 0,35-0,43 mm. Cacing

4.      Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria yang beredar dalam darah pada siang hari (diurna).

5.      Pada malam hari mikrofilaria berada dalam pembuluh darah paru-paru.

Siklus Hidup Loa loa

Parasit ini ditularkan oleh lalat Chrysops. Mikrofilaria yang beredar dalam darah diisap oleh lalat dan setelah kurang lebih 10 hari di dalam badan serangga, mikrofilaria tumbuh menjadi larva infektif dan siap ditularkan kepada hospes lainnya. Cacing dewasa tumbuh dalam badan manusia dan dalam waktu 1  sampai 4 minggu mulai berkopulasi dan cacing betina dewasa mengeluarkan mikrofilarianya.

Patologis

Gejalanya khas dengan terbentuknya pembengkakan calabar swelling di sekitar sendi, lengan atas yang dapat menjadi sebesar telur ayam. Pembengkakan sering kali didahului oleh rasa gatal dan sakit yang terlokalisasi. Gejala ini disebabkan reaksi alergi terhadap cacing dewasa yang bermigrasi ke jaringan subkutan; timbul setelah tiga minggu. Pembengkakan akan berakhir dalam beberapa hari atau seminggu dan berkurang secara perlahan-lahan sebagai manifestasi supersensitif hospes terhadap parasit.

Migrasinya ke jaringan subkonjungtiva menyebabkan gejala iritis, mata sembab, saikit, pelupuk mata menjadi bengkak hingga mengganggu penglihatan, tetapi tidak sampai menimbulkan kebutaan. Aktifitas cacing tampak/dapat dilihat di jaringan subkonjungtiva, sedangkan mikrofilarianya tidak menimbulkan dampak yang serius, hanya ditakutkan timbulnya ensefalitis bila cacing masuk ke otak. Ketika cacing dewasa berpindah melintasi jaringan subkutan dan juga hidung, akan menyebabkan rasa sakit, serta mengalamai Eosinofilia.

Eosinofilia adalah gejala lain yang merupakan karakteristik dari Loa loa. Eosinofilia bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan respon terhadap suatu penyakit. Peningkatan jumlah eosinofil dalam darah biasanya menunjukkan respon yang tepat terhadap sel-sel abnormal, parasit, atau bahan-bahan penyebab reaksi alergi (alergen).

Jika suatu bahan asing masuk ke dalam tubuh, akan terdeteksi oleh limfosit dan neutrofil, yang akan melepaskan bahan untuk menarik eosinofil ke daerah ini.Eosinofil kemudian melepaskan bahan racun yang dapat membunuh parasit dan menghancurkan sel-sel yang abnormal. 50-70% eosinofilia acap kali ditemukan pada orang yang terinfeksi Loa loa, terutama bila terjadi pembengkakan.Indikator lain adalah peningkatan jumlah serum IgE, peningkatan antibodi antifilaria, tetapi orang yang terinfeksi kadang-kadang asimtomatik. Mikrofilaremia tidak selalu muncul.

Komplikasi

Cacing dewasa yang merusak pembuluh limfe serta mekanisme inflamasi dari tubuh penderita yang mengakibatkan proliferasi jaringan ikat di sekitar pembuluh. Respon inflamasi ini juga diduga sebagai penyebab granuloma dan proliferatif yang mengakibatkan obstruksi limfe secara total. Ketika cacing masih hidup, pembuluh limfe akan tetap paten, namun ketika cacing sudah mati akan terjadi reaksi yang memicu timbulnya granuloma dan fibrosis sekitar limfe.

Kemudian akan terjadi obstruksi limfe total karena karakteristik pembuluh limfe bukanlah membentuk kolateral (seperti pembuluh darah), namun akan terjadi malfungsi drainase limfe di daerah tersebut.

Gejala klinis

  1. Menimbulkan gangguan di  konjungtiva mata dan pangkal hidung dengan menimbulkan:
  • iritasi pada mata,
  • mata sendat, sakit,
  • pelupuk mata menjadi bengkak.

2.   Pembengkakan jaringan yang  tidak sakit

3.   Ensefalitis

Distribusi geografis

Distribusi geografis loaiasis manusia terbatas pada hutan hujan dan rawa kawasan hutan Afrika Barat, terutama di Kamerun dan di Sungai Ogowe. Manusia adalah satu-satunya reservoir alami. Diperkirakan 12-13 juta manusia terinfeksi larva Loa loa.

Diagnosis

Diagnosis dibuat dengan menemukan mikrofilaria di dalam darah yang diambil pada waktu siang hari atau menemukan cacing dewasa di konjungtiva mata ataupun dalam jaringan subkutan.

Pengobatan dan Pencegahan

  • Penggunaan dietilkarbamasin (DEC) dosis 2 mg/kgBB/hari, 3 x sehari selama 14 hari
  • Pembedahan pada mata
  • Menghindari gigitan Lalat
  • Pemberian obt-obatan 2 bln sekali
  • Jangan sering-sering masuk hutan
  1. Alat & Bahan

Alat:

No Nama Alat Kegunaan Jumlah Gambar
1. Laptop Digunakan untuk melihat vidio mengenai spesies yang diamati 1
2. Flashdisk Digunakan untuk memindahkan file vidio dari dosen 1
3. LKM Digunakan sebagai referensi dalam menjalankan praktikum 1

Bahan:

No Nama Bahan Kegunaan Jumlah
1. Media/ virtual hewan Aschelminthes yaitu Loa loa Sebagai bahan pengamatan 1

Langkah-langkah Praktikum

  1. Sebelum melakukan kegiatan praktikum, terlebih dahulu anda harus “membuat pertanyaan kritis”, pertanyaan tersebut sesuai dengan spesies yang dibahas dalam LKM
  2. Pertanyaan yang dibuat harus mengarah pada aspek morfologi, anatomi, fisiologi, ekologi dan klasifikasi hewan tersebut
  3. Pertanyaan kritis yang telah dibuat harus dijawab, dan dibuktikan melalui praktikum
  4. Hasil praktikum yang diperoleh dielaborasikan dengan teori/ konsep yang ada (sumber: jurnal dan buku teks), jika hasinya berbeda anda boleh memberi penjelasan, mengapa hal tersebut bisa terjadi

Hasil Pengamatan

Morfologi

  1. Bagaimanakah bentuk tubuh Loa loa?
  2. Apakah Loa loa memiliki warna yang bermacam-macam?
  3. Apakah warna khas dari Loa loa?
  4. Berapa ukuran Loa loa jantan dan betina?
  5. Berapa ukuran terbesar dari Loa loa?
  6. Berapa ukuran larva Loa loa?
  7. Bagaimana simetri tubuh dari Loa loa?
  8. Apakah Loa loa memiliki spikula?
  9. Apakah Loa loa memiliki kutikula?
  10. Apakah Loa loa memiliki alat gerak? Jika ya, sebutkan!
  11. Bagaimana tekstur permukaan tubuh Loa loa?
  12. Apakah Loa loa mempunyai bintik mata?

Anatomi

  1. Apakah Loa loa memiliki pigmen warna?
  2. Lapisan apa yang saja yang menyusun tubuhnya?
  3. Apakah Loa loa memiliki spikula?
  4. Apakah Loa loa memiliki otot?

Fisiologi

  1. Apakah Loa loa memiliki sistem pencernaan? Jika ya, organ apa yang dimilikinya?
  2. Bagaimana mekanisme pencernaannya?
  3. Apakah Loa loa memiliki sistem pernafasan? Jika ya, organ apa yang dimilikinya?
  4. Bagaimanan mekanismenya?
  5. Apakah Loa loa memiliki sistem reproduksi? Jika ya, organ apa yang dimilikinya?
  6. Bagaimana mekanismenya?
  7. Apakah Loa loa memiliki sistem ekskresi? Jika ya, organ apa yang dimilikinya?
  8. Apakah Loa loa memiliki sistem peredaran darah? Jika ya, organ apa yang dimilikinya?
  9. Apakah Loa loa memiliki sistem saraf? Jika ya, organ apa yang dimilikinya?
  10. Apakah fungsi dari kutikula?
  11. Apakah fungsi dari spikula?

Ekologi

  1. Apa itu Loa-loa ?
  2. Bagaimana siklus hidup Loa loa?
  3. Apakah hospes dari Loa loa?
  4. Apakah Loa loa dapat bertahan hidup tanpa hospes?
  5. Dimana habitat Loa loa?
  6. Apakah Loa loa dapat hidup di air?
  7. Karena Loa loa merupakan cacing mata Afrika, apakah persebaran Loa loa banyak dijumpai di Indonesia?
  8. Berapa lama siklus hidupnya sampai Loa loa dapat menginfeksi mata manusia?
  9. Melalui perantara apa Loa loa dapat menginfeksi mata?
  10. Apa gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Loa loa?
  11. Apakah akibat yang disebabkan dari infeksi Loa loa ke dalam mata?
  12. Apakah nama penyakit yang disebabkan oleh Loa loa?
  13. Bagaimana pencegahan dari serangan Loa loa?
  14. Apakah ada keuntungan yang ditimbulkan oleh Loa loa? Jika ya, sebutkan!

Klasifikasi

  1. Sebutkan klasifikasi dari Loa loa?
  2. Mengapa Loa loa dimasukkan ke dalam subfilum Nemathelminthes?
  3. Mengapa Loa loa dimasukan kedalam kelas Nematoda?
  4. Berapakah jenis spesies dari Loa loa?

Jawaban Hasil Pengamatan

Morfologi

  1. Bentuk tubuh dari cacing loa loa dewasa berbentuk filamen berwarna putih
  2. Tidak, karena Loa loa tidak memiliki pigmen warna
  3. Putih atau transparan
  4. Ukuran jantan 30-34mm dengan diameter 0,35-0,43mm. Betina 50-70mm dengan diameter kurang dari 0,5mm.
  5. Ukuran terbesar yang pernah ditemukan yaitu 20 cm
  6. Mikrofilaria adalah 250-300μm panjang, 6-8μm luas
  7. Simetris bilateral
  8. Ya, namun hanya jantan yang memiliki sepasang spikula
  9. Ya
  10. Loa loa bergerak dengan kontraksi otot pada tubuhnya
  11. Licin karena permukaan tubuhnya dilapisi oleh kutikula
  12. Ada

Anatomi

  1. Loa loa tidak memiliki pigmen warna
  2. Loa loa memiliki lapisan tubuh triploblastik, terdiri dari lapisan ektoderm, mesoderm, dan endoderm.
  3. Ya, Loa loa memiliki spikula
  4. Ya, otot nya digunakan untuk pergerakan dari Loa loa

Fisiologi

  1. Memiliki sistem pencernaan lengkap (mulut, faring, intestine, anus)
  2. Makanan masuk melalui mulut kemudian ke faring, intestine kemudian dikeluarkan melalui anus
  3. Loa loa tidak memiliki sistem dan organ pernafasan
  4. Bernafas secara difusi melalui permukaan tubuh
  5. Gonokoris (organ kelamin jantan dan betina terpisah pada individu berbeda), pada betina terdapat uterus, vagina, ovari, dan pada jantan terdapat testis.
  6. Reproduksi Loa loa yaitu secara seksual sehingga cacing jantan dan betina harus ada dalam host yang sama untuk infeksi penuh untuk terjadi. Setelah reproduksi cacing betina menghasilkan telur berselubung disebut mikrofilaria
  7. Alat ekskresi berupa protonefridia (Tubulus/pembuluh bercabang-cabang yang memanjang pada bagian samping kiri dan kanan disepanjang tubuh Sel )
  8. Tidak memiliki pembuluh darah
  9. Iya, organ yang dimilikanya yaitu cincin saraf
  10. Merupakan bagian dinding tubuh bagian luar yang berfungsi sebagai pelindung bagian di bawahnya
  11. Fungsi spikula yaitu  untuk membuka alat kelamin betina dan memasukan sperma kedalam alat kelamin betina

Ekologi

  1. Loa loa adalah nematoda filarial yang menyebabkan loaiasis (penyakit mata).
  2. Parasit ini ditularkan oleh lalat Chrysops. Mikrofilaria yang beredar dalam darah diisap oleh lalat dan setelah kurang lebih 10 hari di dalam badan serangga, mikrofilaria tumbuh menjadi larva infektif dan siap ditularkan kepada hospes lainnya. Cacing dewasa tumbuh dalam badan manusia dan dalam waktu 1  sampai 4 minggu mulai berkopulasi dan cacing betina dewasa mengeluarkan mikrofilarianya.
  3. Lalat Crysops silaceae dan Crysops dimidiata
  4. Tidak, karena Loa-loa merupakan hewan parasit yang bergantung pada inangnya
  5. Cacing dewasa terdapat di jaringan subkutan manusia. Mikrofilaria beredar dalam darah pada siang hari (diurna) dan hidup di kapiler darah paru pada malam hari. Dapat juga diketemukan di urin, dahak dan terkadang dalam cairan sumsum tulang belakang
  6. Tidak, karena umumnya Loa-loa hidup di dalam tubuh manusia
  7. Di Indonesia tidak ada karena belum ada yang pernah melihatnya, namun persebarannya telah mencapai Asia
  8. Dalam waktu 1  sampai 4 minggu setelah larva Loa loa masuk kedalam tubuh manusia berubah menjadi cacing dewasa, dan menginfeksi mata.
  9. Melalui gigitan lalat Crysops silaceae dan Crysops dimidiata yang mengandung larva Loa loa
  10. Iritasi pada mata, mata, sembab, sakit, pelupuk mata menjadi bengkak, sehingga menganggu penglihatan. Jika tidak ditangani lebih lanjut dapat menyebabkan kebutaan
  11. Loa loa filariasis, loaiasis, Calabar swelling(Fugitiveswelling), Tropical swelling dan Afrika eyeworm
  12. Menghindari gigitan Lalat, pemberian obat-obatan 2 bln sekali, jangan sering-sering masuk hutan
  13. Loa loa bersifat parasit sehingga tidak menimbulkan keuntungan bagi manusia.

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Nematoda

Kelas : Secernentea

Ordo : Spirurida

Famili : Filariidae

Genus : Loa

Spesies : Loa loa

2. Karena memiliki ciri-ciri

–     Berbentuk bulat panjang seperti benang

–     Hewan pseudoselomata (memiliki rongga tubuh semu)

–     Tubuh cacing betina lebih panjang dan besar dibandingkan tubuh cacing jantan

–     Memiliki kutikula (untuk melindungi cacing dari enzim pencernaan inangnya)

–     Memiliki sistem pencernaan lengkap (mulut, faring, usus, anus)

–     Tidak memiliki pembuluh darah

–     Makanan diedarkan ke seluruh tubuh melalui cairan yang terdapat pada pseudoselom

–     Bernafas secara difusi melalui permukaan tubuh

–     Bersifat parasit dan tidak parasit

–     Gonokoris (organ kelamin jantan dan betina terpisah pada μm individu berbeda)

–     Reproduksi secara seksual

3.  Karena memiliki ciri-ciri dari kelas tersebut

4. Genus Loa memiliki 1 spesies yaitu Loa loa

Kesimpulan

Loa loa dewasa berbentuk filamen berwarna putih, tidak memiliki pigmen oleh karena itu Loa loa tidak memiliki warna yang bervariasi. Warna ciri khasnya yaitu putih/transparan. Ukuran Loa loa jantan 30-34 mm dengan diameter 0,35-0,43 mm sedangkan ukuran Loa loa betina 50-70 mm dengan diameter kurangdari 0,5 mm. Ukuran terbesar dari Loa loa 20 cm. Loa loa memiliki larva yang disebut mikrofilaria dengan ukuran 250-300 μm panjangnya dan luasnya 6-8 μm. Simetri tubuh Loa loa yaitu simetri bilateral.

Spikula pada Loa loa hanya dimiliki oleh yang jantan saja yang berjumlah sepasang. Spikula pada Loa loa berfungsi untuk membuka alat kelamin betina dan memasuka sperma kedalam alat kelamin betina. Loa loa juga memiliki kutikula yang berfungsi untuk melindungi dinding tubuh bagian luar. Loa loa bergerak dengan kontraksi otot pada tubuhnya. Tekstur permukaan tubuhnya licin karena dilapisi oleh kutikula, dan memiliki bintik mata. Lapisan tubuh Loa loa triploblastik yaitu terdiri dari lapisan ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Loa loa memiliki otot yang digunakan untuk pergerakannya.

Sistem percernaan lengkap terdiri dari mulut, faring, intestin, dan anus. Mekanismenya dimulai dari makanan masuk melalui mulut kemudian ke faring, intestin, kemudian dikeluarkan melalui anus. Loa loa tidak memiliki sistem dan organ pernafasan. Bernafasan secara difusi melalui permukaan tubuh. Loa loa bersifat Gonokoris (organ kelamin jantan dan betina terpisah pada individu berbeda), pada betina terdapat uterus, vagina, ovari, dan pada jantan terdapat testis. Reproduksi Loa loa yaitu secara seksual sehingga cacing jantan dan betina harus ada dalam host yang sama untuk infeksi penuh untuk terjadi. Setelah reproduksi cacing betina menghasilkan telur berselubung disebut mikrofilaria. Loa loa tidak memiliki pembuluh darah, memiliki sistem ekresi dengan organ yang dimilikanya yaitu cincin saraf. Loa loa adalah nematoda filarial yang menyebabkan loaiasis (penyakit mata). Alat ekskresi Loa loa berupa protonefridia (Tubulus/pembuluh bercabang-cabang yang memanjang pada bagian samping kiri dan kanan disepanjang tubuh Sel ).

Siklus hidupnya dimulai dari Mikrofilaria yang beredar dalam darah diisap oleh lalat dan setelah kurang lebih 10 hari di dalam badan serangga, mikrofilaria tumbuh menjadi larva infektif dan siap ditularkan kepada hospes lainnya. Cacing dewasa tumbuh dalam badan manusia dan dalam waktu 1  sampai 4 minggu mulai berkopulasi dan cacing betina dewasa mengeluarkan mikrofilarianya. Hospesnya yaitu lalat Crysops silaceae dan Crysops dimidiata. Loa loa tidak dapat bertahan hidup tanpa hospes karena Loa-loa merupakan hewan parasit yang bergantung pada inangnya. Tidak dapat hidup di air karena umumnya Loa-loa hidup di dalam tubuh manusia. Di Indonesia tidak ada karena belum ada yang pernah melihatnya, namun persebarannya telah mencapai Asia. Masa infeksinya sampai meninfeksi mata dalam waktu 1  sampai 4 minggu setelah larva Loa loa masuk kedalam tubuh manusia berubah menjadi cacing dewasa, dan menginfeksi mata. Perantara penularan penyakitnya melalui gigitan lalat Crysops silaceae dan Crysops dimidiata yang mengandung larva Loa loa. Gejala yang timbul dari penyakit tersebut yaitu iritasi pada mata, mata, sembab, sakit, pelupuk mata menjadi bengkak, sehingga menganggu penglihatan. Jika tidak ditangani lebih lanjut dapat menyebabkan kebutaan. Nama penyakit yang ditimbulkannya yaitu Loa loa filariasis, loaiasis, Calabar swelling(Fugitiveswelling), Tropical swelling dan Afrika eyeworm. Pencegahannya dengan menghindari gigitan lalat, pemberian obat-obatan 2 bln sekali, jangan sering-sering masuk hutan. Loa loa bersifat parasit sehingga tidak menimbulkan keuntungan bagi manusia.

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Nematoda

Kelas : Secernentea

Ordo : Spirurida

Famili : Filariidae

Genus : Loa

Spesies : Loa loa

Loa loa dimasukan kedalam filum Nemathelminthes karena memiliki ciri-ciri

–     Berbentuk bulat panjang seperti benang

–     Hewan pseudoselomata (memiliki rongga tubuh semu)

–     Tubuh cacing betina lebih panjang dan besar dibandingkan tubuh cacing jantan

–     Memiliki kutikula (untuk melindungi cacing dari enzim pencernaan inangnya)

–     Memiliki sistem pencernaan lengkap (mulut, faring, usus, anus)

–     Tidak memiliki pembuluh darah

–     Makanan diedarkan ke seluruh tubuh melalui cairan yang terdapat pada pseudoselom

–     Bernafas secara difusi melalui permukaan tubuh

–     Bersifat parasit dan tidak parasit

–     Gonokoris (organ kelamin jantan dan betina terpisah pada μm individu berbeda)

–     Reproduksi secara seksual

Loa loa dimasukan kedalam kelas Nematoda karena memiliki ciri-ciri dari kelas tersebut. Genus Loa memiliki 1 spesies yaitu Loa loa

Daftar Pustaka

–     http://mediblock.blogspot.com/2012/10/ukuran-dan-epidemiologi-cacing.html

–     http://muslimatin.blogspot.com/2013/04/plathyhelminthes-dan-nemathelminthes.html

–     http://nyanyi.biz/cacing-loa-loa-waspadai-penyakit-cacing-pada-mata/

–     http://slideshare.net/zaedabdullah/nematelminthes

–     http://yoviavianto.blogspot.com/2011/02/cacing-mata-asli.html/

Tinggalkan komentar